I.
PENDAHULUAN
Pernalaran
adalah sistem berfikir manusia dengan menghubungkan data atau fakta yang ada
menjadi suatu simpulan. Pernalaran merupakan proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian.
Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk suatu proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam pernalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis dan hasil kesimpulannya
disebut dengan konklusi.
Pernalaran ini dibagi menjadi 2
metode, yaitu Pernalaran
Deduktif dan Pernalaran Induktif. Namun disini saya akan menjelaskan lebih
spesifik mengenai Pernalaran Induktif.
II.
ISI
Pernalaran
Induktif adalah pernalaran yang bertolak dari
penyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
Suatu
pernalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan
empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat umum. Dalam hal ini pernalaran induktif merupakan kebalikan dari
pernalaran deduktif.
Pengertian pernalaran induktif Menurut
Tim Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007 : 14) istilah pernalaran mengandung tiga
pengertian, diantaranya :
1. Cara (hal) menggunakan nalar, pemikiran atau
cara berpikir logis.
2. Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu
dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.
3. Proses mental dalam mengembangkan atau
mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007
: 14) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua jenis pernalaran yaitu
pernalaran deduktif dan pernalaran induktif. Pernalaran deduktif adalah cara
menarik kesimpulan khusus dari hal-hal yang bersifat umum. Sedangkan pernalaran
induktif adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang
bersifat khusus.
Menurut Suriasumantri (dalam Shofiah,
2007 :15) pernalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa
penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang
khusus. Artinya, dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan
umum yang diperoleh melalui suatu pernalaran induktif ini bukan merupakan
bukti. Hal tersebut dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari pemeriksaan
beberapa contoh khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk semua kasus.
Aspek dari pernalaran induktif adalah
analogi dan generalisasi. Menurut Jacob (dalam Shofiah, 2007 :15), hal ini
berdasarkan bahwa pernalaran induktif terbagi menjadi dua macam, yaitu
generalisasi dan analogi.
Generalisasi adalah penarikan kesimpulan
umum dari data atau fakta-fakta yang diberikan atau yang ada.
Analogi adalah proses penyimpulan
berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai
proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya,
kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Francis Bacon menyanggah teori
deduktif dengan Novum Organum. Ia mengusulkan :
1. Pengamatan
phenomena - phenomena yang diamatinya
2. Berdasarkan
bukti-bukti yang dikumpulkan melalui pengamatan kasus-kasus yang banyak,
kemudian generalisasi atau kasus yang bersifat umum.
Kelemahannya :
Pengumpulan
kasus secara acak, konsep yang utuh mustahil dapat melahirkan teori-teori atau generalisasi
yang benar. Sedangkan berfikir secara Induktif yaitu menggunakan sifat korespondensi
dalam menentukan kebenaran. Pada abad ke 19 Charles Darwin memadukan kedua
metode itu (Best, 1975). Ia menyusun teori asal usul manusia.
Bentuk-bentuk Pernalaran
Induktif
a)
Generalisasi : Proses pernalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan
yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh generalisasi :
1) Jika
dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
2) Jika
ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup
akan hidup.
Macam-macam generalisasi
a. Generalisasi sempurna : generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh : Sensus
penduduk
b. Generalisasi tidak sempurna : generalisasi
dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan
juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
Prosedur pengujian generalisasi
tidak sempurna
Generalisasi
yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur
pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi
tersebut adalah:
1. Jumlah
sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel
harus bervariasi.
3. Mempertimbangkan
hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
b) Analogi
: Cara penarikan pernalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat
yang sama.
Contoh analogi :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan
baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan
tugasnya dengan baik.
c) Hubungan
kausal : pernalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang
saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
1) Sebab-
akibat.
Hujan turun di daerah itu
mengakibatkan timbulnya banjir.
2)
Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian kali
ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
3) Akibat
– Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan
rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Sumber
:
·
sepitri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../slide+penalaran.ppt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar