Jumat, 01 April 2011

INDUSTRIALISASI


A.           PENDAHULUAN
Industri adalah bidang mata pencaharian yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan kerja dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan ( ekonomi ) yang berhubungan dengan bumi , yaitu sesudah pertanian , perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah , yang merupakan basis ekonomi , budaya dan politik.
Industrialisasi adalah sistem produksi yang muncul dari pengembangan yang mantap, penelitian dan penggunaan penggetahuan ilmiah. Ia dilandasi oleh pembagian tenaga kerja dan spesialisasi, menggunakan alat-alat bantu mekanik, kimiawi, mesin, dan organisasi serta intelektual dalam produksi.
Tujuan utama dari metoda pengorganisasian kehidupan ekonomi seperti ini adalah untuk menurunkan ongkos produksi per unit barang atau jasa.
Industrialisasi dalam arti sempitnya, menggambarkan penggunaan secara luas sumber-sumber tenaga non-hayati dalam rangka produksi barang atau jasa. Meskipun definisi ini terasa sangat membatasi, industrialisasi tidak hanya terdapat pada pabrik/manufaktur, tapi bisa juga meliputi pertanian karena pertanian tidak bisa lepas dari mekanisasi (pemakaian sumber tenaga non-hayati). Demikian pula halnya dengan transportasi dan komunikasi.
Ditinjau dari segi bahan baku/mentah yang dikerjakan manusia untuk memenuhi kebutuhan sarana hidupnya, ada tiga jenis upaya yang telah, sedang dan akan terus dilakukan, yaitu : Pertanian, pertambangan dan industri.
Pertanian (agriculture) berusaha memelihara pertumbuhan tanaman dan atau ternak agar bisa dipanen. Sedangkan pertambangan berusaha menggali bahan-bahan mineral (non-hayati) dari dalam bumi.
Meskipun demikian, sering terjadi penolahan lebih lanjut hasil pertanian atau pertambangan. Jadi tidak langsung dikonsumsi. Hal ini sudah masuk ke bidang industri, sehingga sangat sulit membedakan secara pasti antara aktifitas pertanian/pertambangan dengan industri. Perbedaan yang cukup jelas ada pada derajat perana manusia dalam “mengubah” bahan asal (mentah/baku) menjadi “barang jadi”. Untuk industri, manusia berperan cukup besar sekitar 90% dari perubahan bahan asal menjadi “produk/barang jadi” adalah karena kerja manusia. Sedangkan padi diubah oleh proses alamiah sampai masak dan manusia tinggal memanennya. Demikian pula bagaimana minyak bumi berproses di dalam tanah selama ratusan tahu, manusia tidak bisa ikut ambil bagian. Manusia hanya menggalinya, memisahkannya dan mengguunakannya.
Jadi, kategori aktifitas industri mulai berlaku begitu peranan manusia dalam “mengubah” bahan asal menjadi “batrang setengah jadi” bertambah.
Ketika tambang minyak bumi sudah bicara pemurnian minyak dari unsur-unsur lain, maka pada saat itu ia sudah menjadi industri pertambangan. Bahkan, penggunaan alat-alat pertambangan bertenaga non-hayati sudah berarti itu kegiatan industri.

B.            ISI
KONTEKS INDUSTRIALISASI
Usai Perang Dunia II, proses dikolonisasi berlangsung dibanyak belahan dunia. Negara-negara di Asia dan Afrika yang tadinya dijajah oleh berbagai bangsa dari Eropa berhasil memerdekakan diri secara politik dan militer.
Tetapi ada bekas yang masih tertinggal sampai kini dari keterjajahan bangsa-bangsa Asia dan Afrika itu. Yakni suatu kepercayaan bahwa model pembangunan yang sebaiknya mereka terapkan adalah industrialisasi yang konsepnya sudah diuji coba oleh para penjajah mereka dan terbukti berhasil menciptakan keunggulan bangsa-bangsa Eropa atas mereka.
Hasil dari industrialisasi adalah tumbuh suburnya perusahaan-perusahaan industri/pabrik-pabrik di mana-mana.
Oleh karena itu, hakekat industrialisasi bisa dipahami dari sejarah Revolusi Industi di Eropa, namun kali ini, saya tidak akan menceritakan sejarah tsb.
SEJARAH SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA
Tahun 1920an industry modern di Indonesia hampir semua dimiliki oleh orang asing, walau jumlahnya hanya sedikit.  Indutri kecil yang ada pada masa itu berupa industry rumah tangga seperti penggilingan padi, pembuatan gula merah (tebu dan nira), rokok kretek, kerajinan tekstil, dan sebagainya tidak terkoordinasi dengan baik.
Perusahaan modern hanya ada dua, yaitu pabrik rokok milik British American Tobaco (BAT) dan perakitan kendaraan bermotor General Motor Car Assembly.  Depresi ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1930an meruntuhkan perekonomian, megakibatkan menurunnya penerimaan ekspor dari 1.448 gulden menjadi 505 gulden (1929) yang mengakibatkan pengangguran.  Melihat situasi tersebut pemerintah Hindia Belanda mengubah system dan pola kenijakan ekonomi dari sector perkebunan ke sector industry, dengan memberi kemudahan dalam pemberian ijin dan fasilitas bagi pendirian industry baru.
Berdasarkan Sensus Industri Pertama (1939), industry yang ada ketika itu mempekerjakan 173 ribu orang di bidang pengolahan makanan, tekstil dan barang logam, semuanya milik asing.  Pada masa PD II kondisi industrialisasi cukup baik.  Namun setelah pendudukan Jepang keadaannya terbalik.  Disebabkan larangan impor bahan mentah dan diangkutnya barang capital ke Jepang dan pemaksaan tenaga kerja (romusha).  Setelah Indonesia merdeka, mulai dikembangkan sector industry dan menawarkan investasi walau dalam tahap coba-coba.  Tahun 1951 pemerintah meluncurkan RUP (Rencana Urgensi Perekonomian).  Program utamanya menumbuhkan dan mendorong industry kecil pribumi dan memberlakukan pembatasan industry besar atau modern yang dimiliki orang Eropa dan Cina.
INDUSTRIALISASI DAN PERKEMBANGAN
1. Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Awal konsep industrialisasi -> Revolusi industri abad 18 di Inggris -> Penemuan metode baru dlm pemintalan dan penemuan kapas yg menciptakan spesialisasi produksi dan peningkatan produktivitas factor produksi.

Selanjutnya penemuan baru pengolahan besi & mesin uap shg mendorong inovasi -> Baja, kereta dan kappa tenaga uap.

Setelah PD II  muncul teknolgi baru -> Asembly line, listrik, motor, barang sintetis, telekomunikasi, elektronik, bio, computer & robot.
Perubahan Pola dan Volume Perdagangan Dunia dan Proses Industrialisasi di dunia



Industrialisasi adalah suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Faktor pendorong industrialisasi (perbedaan intesitas dalam proses industrialisasi antar negara) :
a)    Kemampuan teknologi dan inovasi
b)   Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c)    Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d)   Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
e)    Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f)    Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
g)   Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
2.  Perkembangan Sektor Industri Manufaktur di Indonesia
Industri diklasifikasikan:
a)    Industri primer/hulu yaitu mengolah output dari sektor pertambangan (bahan mentah) menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada tahap selanjutnya
b)   Industri sekunder/manufaktur yang mencakup: industri pembuat modal (mesin), barang setengah jadi dan alat produksi, dan industri hilir yang memproduksi produk konsumsi
A.            Pertumbuhan output.
Pertumbuhan output yang tinggi disebabkan oleh permintaan eksternal yang tinggi. Pertumbuhan PDB 3 sektor penting di LDCs sebagai berikut:
Sumber Utama Pertumbuhan PDB menurut Tiga Sektor di Negara Berkembang 1970 -1995 (%)
Sektor
Laju Pertumbuhan Rata rata
Pangsa dari Kontribusi thd Pertumbuhan PDB
Pertanian
2,7
3,4
2,4
2,9
10,5
16
8,2
13,9
Manufaktur
6,8
4,6
6,9
5,9
21,3
26
32,1
22,9
Jasa
6,3
3,6
4,5
4,9
50,3
49,4
46,4
47,6
PDB
5,7
3,5
4,7
4,6
100
100
100
100

§ Laju pertumbuhan output rata rata pertahun untuk sektor manufaktur (22,9 %) lebih tinggi dari pertanian (13,9%) periode 1970 – 1995.
§ Kontribusi thd pertumbuhan PDB 1970 – 1980 (21,3 %) & 1990 – 1995 (32,1%)
§ Pertmbuhan output sektor manufaktur karena permintaan eksternal èekspor tinggi

Sumber Utama Pertumbuhan PDB menurut Tiga Sektor di Negara Asia Timur & Tenggara 1970 -1995 (%)
Sektor
Laju Pertumbuhan Rata rata
Pangsa dari Kontribusi thd Pertumbuhan PDB
Pertanian
1,9
3,2
3,3
2,7
23,6
22,4
22,1
26,2
Manufaktur
4,3
6,9
4,6
5,4
15,5
17,2
15,9
15,0
Jasa
4,3
6,2
5,1
5,2
49,4
49,4
52,7
46,1
PDB
3,3
5,3
4,5
4,3
100
100
100
100
§ Laju pertumbuhan PDB wilayah ini rata rata pertahun 7,4% periode 1970 – 1995 lebih tinggi dari pertumbuhan PDB dunia 2,9 % dan laju pertumbuhan PDB negara berkembang 4,6 %

Tingkat perkembangan industri manufaktur dapat dilihat dari pendalaman struktur industri itu sendiri. Struktur industri:
1. Ragam produk -> barang konsumsi, sederhana, barang konsumsi dg kandungan
    teknologi yanglebih canggih, barang modal,
2. Intensitas pemakain faktor produksi-> barang dengan padat karya dan barang
    dengan padat modal
3. Orinetasi pasar -> barang domestik & barang ekspor
B.            Pendalaman Struktur Industri.
Pembangunan ekonomi jangka panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi dari pertanian menuju industri dan menggeser struktur industri yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif.
Perubahan struktur industri disebabkan oleh
a)    Penawaran aggregat-> perkembangan teknolgi, kualitas SDM, inovasi material baru untuk produksi
b)   Permintaan aggregat-> peningkatan pendapatan perkapita yang mengubah volume & pola konsumsi

Distribusi PDB Per Sektor pada Harga Konstan 1983 -1998 (Milyar Rupiah)
Sektor
1983
Harga Konstan 1993
1993
1994
1995
1996
1997
1998
Primer:
1. Pertanian
2. Pertambangan
33,872
17,765
16,107
90,460
58,963
16,107
92,553
59,291
31,497
97,387
61,885
33,262
101,567
63,828
35,502
103,006
64,478
37,739
102,341
64,988
38,538
Sekunder:
1. Manufaktur
2. Listrik, gas & Air
3. Konstruksi
14.807
9,896
314
4,597
99,359
73,556
3,290
22,513
112,210
82,649
3,703
25,585
125,127
91,637
4,292
29,198
140,061
102,260
4,877
32,914
148,456
107,630
5,480
35,346
121,465
94,848
5,582
21,035
Tersier:
1.  Perdag, Hotel,
     Restoran
2. Transportasi &
     Komunikasi
3. Bank & Keuangan
4. Penyewaan & Real
    Estate
5. Jasa Lainnya
28,944

11,419

4,098
2,359

2,356
8,712
139,956

55,298

23,249
14,005

9,695
37,709
149,880

59,504

25,189
15,945

10,087
39,155
161,279

64,231

27,329
18,109

10,643
40,967
172,170

69,475

29,701
18,887

11,266
42,841
181,785

73,524

31,783
19,956

11,826
44,696
152,246

60,253

26,975
13,173

9,476
42,369
PDB
77,623
329,776
354,641
383,792
413,797
433,246
376,051
§ Sejak th 1983 -1990 Sektor primer turun, sedangkan sector sekunder & tersier
   meningkat
§ Dekade 1980, Pangsa PDB sector primer lebih tinggi dari industri manufaktur
§ 1990 Pangsa PDB sector manufakturlebih tinggi dari sektor premier
§ Lju pertumbuhan sektor primer lebih lambat dari sektor sekunder dan tersier

Pertumbuhan PDB pada Harga Konstan 1995 -1998 (%)
Sektor
Harga Konstan 1993
1995
1996
1997
1998*)
1. Pertanian
2. Pertambangan
3. Manufaktur
4. Listrik Gas & Air
5. Konstruksi
6.  Perdag, Hotel, Restoran
7. Transportasi &  Komunikasi
8. Bank & Keuangan
9. Jasa Lainnya
4,38
6,74
10,88
15,91
12,92
7,94
8,5
11,04
3,27
3
5,82
11,59
12,78
12,76
8
8,68
9
3,4
0,72
1,71
6,42
12,75
6,43
5,8
8,31
6,45
2,84
0,22
-4,16
-12,88
3,7
39,74
18,95
12,8
26,74
4,71
PDB
8,22
7,98
4,71
13,68
PDB tanpa Migas
9,24
8,34
5,45
14,78
*) Angka Sementara
§  Tahun 1995 Pertumbuhan PDB 4,38 % dan th 1998 menurun sampai menjadi 0,22% sebagai akibat krisis
§   Listrik Gas & Air mampu bertahan thd krisis
§  Pertanian tetap tumbuh karena ekspor mengalami pertumbuhan positif sebagai akibat dari kurs rupah yang jatuh, shg harga produk murah
Berdasarkan analisis tingkat pendalaman struktur industri:
§  Orientasi perkembangan industri manuafktur di Indonesia masih pada barang konsumsi sederhana seperti makanan, minuman pakaian jadi sampail bambu, rotan & kayu
§  Sisi permintaan aggergat, pasar domestik barang konsumsi berkembang pesat seiring laju penduduk & peningkatan pendapatan masyarakat per kapita
§  Sisi penawaran aggregat, Sarana dan prasarana menunjang untuk produksi barang konsumsi tersebut dibandingkan barang modal
§  Aspek teknolgi, kandungan teknologi barang konsumsi lebih rendah
C.            Tingkat Teknologi produk manufaktur.
Teknologi yang digunakan dalam industri manufaktur mencakup:
a)    Tekonolgi tinggi mencakup: komputer, obat-obatan, produk elektronik, alat komunikasi dan sebagainya
b)   Teknologi sedang mencakup: plastik, karet, produk logam sederhana, penyulingan minyak, produk mineral bukan logam
c)    Teknolgi rendah mencakup: kertas, percetakan, tekstil, pakaian jadi, minuman, rokok, dan mebel

Tingkat Teknologi produksi manufaktur beberapa negara
Negara
Tek. Tinggi
Tek. Sedang
Tek. Rendah
1985
1997
1985
1997
1985
1997
Taiwan
33
52
34
31
33
17
Korsel
36
53
30
29
34
18
Malaysia
34
51
30
30
36
19
Filipina
23
38
19
20
58
42
Indonesia
15
28
47
25
38
47
India
33
40
30
29
37
31
Polandia
30
33
32
30
39
37
Argentina
34
30
19
22
47
48
Afrika Selatan
25
26
40
39
35
34

Pertumbuhan ekspor Indonesia menurut intensitas FP.
Jumlah jenis produk
Jenis produk
Nilai ekspor (US$juta)
% Pertumbuhan
1995
1994
1995
16
Padat SDA
12.604,8
14.617,4
16
11
Padat Karya dengan ketrampilan rendah
8.028
8.606,5
9,7
7
Padat Karya dengan ketrampilan tinggi
2.688,2
3.093,9
15,1
4
Padat teknologi tinggi
1.032,3
1.304,4
26,3

Kinerja Sektor Manufaktur 1985-1997 (%)

Perub. Struktural
Pertumbahan Rata-Rata Per Tahun (%)
1985
1997
1999

1985-88
1989-93
1994-99
% NTM
% Manufaktur dalam Ekspor
11

14
23

47
23

47
NTM
EM
E4
12
33
36
22
27
28
12
7
1
NTM = Nilai tambah manufaktur, EM = Ekspor manufaktur, E4 = Ekspor 4 produk unggulan: kayu lapis, tekstil, pakaian jadi dan alas kaki.
§ Sebelum krisis mengalami kenaikan
§ Selama krisis mengalami penurunan
Struktur Output Asean1980-1995 (%)

Negara
Nilai Tambah dari PDB
Pertanian
Industri Manufaktur
Jasa
1980
1995
1980
1995
1980
1995
Indonesia
24
16
13
24
34
41
Malaysia
22
13
21
3
40
44
Filipina
25
22
26
23
36
46
Myanmar
47
63
10
7
41
28
Singapura
1
0
29
27
61
64
Thailand
23
11
22
29
48
49
Vietnam

28

22

42

§ Kontribusi pembentukan PDB dari industri manufaktur relative kecil dibanding
   malaysia dan thailand
Pertumbuhan Output Asean1980-1995 (%)

Negara
Nilai Tambah dari PDB
Pertanian
Industri Manufaktur
Jasa
1980-90
1990-93
1980-90
1990-93
1980-90
1990-93
Indonesia
3,4
2,9
12,6
11,2
7
7,4
Malaysia
3,8
2,6
8,9
13,2
4,2
8,6
Filipina
1,0
1,6
0,2
1,8
2,8
2,7
Myanmar
0,5
5,1
-0,2
7
0,7
5,5
Singapura
-6,2
0,5
6,6
8,3
7,2
8,4
Thailand
24,0
3,1
9,5
11,6
7,3
7,8

D.           Ekspor
Kinerja ekspor dapat digunakan untuk mengukur hasil pembangunan industry manufaktur.
Tingkat Ekspor Manufaktur dan Sahamnya dalam Ekspor Total. (US$)

Ekspor Manufaktur per US1,000 dari PDB
% pangsa dalam ekspor total
1985
1997
%/TAHUN
1985
1997
BEDA
Thailand
69
267
12
38
71
33
Korsel
293
267
-1
91
91
0
Malaysia
136
611
13
27
77
50
Filipina
40
135
11
27
45
18
Indonesia
31
132
15
14
52
28
India
25
66
8
58
74
16
Polandia
102
138
3
63
73
10
Argentina
20
28
3
21
34
13
Afrika Selatan
Na
91
15
Na
58
-

E.            Ketergantungan Impor
Ketergantungan terhadap impor juga merupakan indicator keberhasilan pembangunan sector industry.
Saldo Neraca Perdagangan Manufaktur Indonesia (US$ milyar)
Periode
Nilai ekspor
Nilai impor
Saldo
1975-1981
0,8
6,3
-5,5
1982-1984
1,8
10,3
-8,5
1985-1988
3,9
8,8
-4,9
1989-1993
13,4
18,6
-5,1
1994-1997
24,4
29,5
-5,1
1998-1999
27,2
16,9
10,3

3.       Permasalahan dalam Industri Manufaktur
Industri manufaktur di LDCs lebih terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini karena :
Total factor production rendah (Produktivtyas F.P secara parsial maupun total rendah)
 
1. Keterbatasan teknologi
2. Kualitas Sumber daya Manusia
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian
    masih rendah
Masalah dalam industri manufaktur nasional:
1. Kelemahan struktural
  • Basis ekspor & pasar masih sempit-> walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam & TK, tapi produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
      a. terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
      b. Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada,
          Turki & Norwegia
      c. USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil &
          pakaian jadi dari Indonesia
      d. Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah
          terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
      e. Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan
          harga muncul pesaing baru seperti cina & vietman
      f. Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor
          internal seperti tuntutan kenaikan upah
  • Ketergantungan impor sangat tinggi
1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan dan assembling dengan hasil:
a. Nilai impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas
    45%
b. Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung kepada
    impor bahan baku, komponen &  input perantara  masih tinggi.
c. PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku &
    komponen dari LN
d. Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan
    organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas
e. Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan
    pemasaran masih terbatas
  • Tidak ada industri berteknologi menengah
            a. Kontribusi industri berteknologi menengah (logam, karet, plastik, semen)
                thd pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
            b. Kontribusi produk padat modal (material dari plastik, karet, pupuk, kertas,
                besi & baja) thd ekspor menurun 1985 – 997
            c. Produksi produk dg teknologi rendah berkembang pesat.
  • Konsentrasi regional
            Ndustri mnengah & besar terkonsentrasi di Jawa.
2. Kelemahan organisasi
  • Industri kecil & menengah masih terbelakangèproduktivtas rendah-> Jumlah Tk masih banyak (padat Karya)
  • Konsentrasi Pasar
  • Kapasitas menyerap & mengembangkan teknologi masih lemah
  • SDM yang lemah
4.       Strategi Pengembangan Sektor Industri
Startegi pelaksanaan  industrialisasi:
1. Strategi substitusi impor (Inward Looking).
Bertujuan mengembangkan industri berorientasi domestic yang dapat menggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan.
o           Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
o           Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
o     Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
§  Sumber daya alam & Faktor produksi cukuo tersedia
§  Potensi permintaan dalam negeri memadai
§  Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
§  Kesempatan kerja menjadi luas
§  Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit berkurang
Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia:
§  Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
§   Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
§  Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
§   Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi
2. Strategi promosi ekspor (outward Looking)
Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing.
o           Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
o           Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah
o         Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
o           Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
  • Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang ybs baik pasar input maupun output
  • Tingkat proteksi impor harus rendah
  • Nilai tukar harus realistis
  • Ada insentif untuk peningkatan ekspor
Kebijakan industrialisasi
§  Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
§  Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN
§  Diberlakukannya Undang-undang PMA
Jenis - Jenis industri berdasarkan tempat bahan baku
  • Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar
  • Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar. Contohnya pertanian , perkebunan , perhutanan , perikanan , peternakan , pertambangan , dan lain lain.
  • Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contohnya asuransi , perbankan , transportasi , ekspedisi , dan lain sebagainya.
Jenis - Jenis Industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
  • Industri rumah tangga
Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
  • Industri kecil
Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
  • Industri sedang atau industri menengah
Industri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
  • Industri besar
Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.
Jenis - Jenis Industri berdasarkan produktifitas perorangan
  • Industri primer
Industri primer adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contohnya adalah hasil produksi pertanian , peternakan , perkebunan , perikanan , dan sebagainya.
  • Industri sekunder
Industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Contohnya adalah pemintalan benang sutra , komponen elektronik , dan sebagainya.
  • Industri tersier
Industri tersier adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contohnya adalah telekomunikasi , transportasi , perawatan kesehatan , dan masih banyak lagi yang lainnya.
Industrialisasi dan regulasi sosial
Di artikel ketiga dari lima artikel mengenai pembangunan dan industrialisasi, Gilton Klerck penulisnya, menguraikan kaitan antara regulasi sosial dengan industrialisasi, naik-turunnya persoalan Fordism rasial dengan industrialisasi, dan kondisi terkini dengan kemunculan neo-Fordism atau post-Fordism.
Industrialisasi sederhana bisa didefinisikan sebagai sebuah proses di mana porsi sumbangan industri secara umum dan khususnya manufaktur pada ekonomi atau komposisi penerimaan suatu negara meningkat. Biasanya sejalan dengan menurunnya sektor pertanian. Kondisi seperti ini yang terjadi di sejumlah negara berkembang.
Analisis kebijakan hanya menekankan pada industrialisasi saja tidak cukup. Faktor penting adalah kombinasi industrialisasi dan pembangunan sosial-politik. Para analis kebijakan melihat tiga bentuk kebijakan industrialisasi yaitu ekonomi inti (core economies), ekonomi pinggiran, dan ekonomi semi-pinggiran.
Ekonomi inti didasarkan pada industri yang menerapkan teknologi maju dan skill-intensive. Industri ini memiliki isi bernilai tambah tinggi dan tidak sensitif pada persaingan harga karena pasar lebih menejkankan pada kualitas produk dan disain.
Industri dominan dalam ekonomi pinggiran terutama sektor yang tidak berdasarkan sains yaitu mendapatkan nilai keuntungan dari sumber daya alam, buruh murah, dan tidak memiliki kapasitas mengembangkan teknologi maupun inovasi produk. Desain dan metoda produksi terstandarisasi dan pertumbuhan produktivitas lambat. Industri semi-pinggiran berada di antara ekonomi inti dan ekonomi pinggiran yaitu memanfaatkan modal lebih tinggi dan tingkat proses produksi lebih canggih daripada ekonomi pinggiran.

Ekonomi Afrika Selatan pada pertengahan 1990-an dicirikan dengan kesenjangan sosial yang besar dan rendahnya pertumbuhan ekonomi akibat kebijakan politik ekonomi aparteid. Kebijakan politik ekonomi yang pro-kulit putih ini disebut Gelb sebagai Forism rasial yang menjadi ciri khas penerapan Fordism plus kebijakan aparteid. Model kebijakan Fordism rasial ini berkarakteristik industrialisasi kombinasi aparteid dan substitusi import. Industrialisasi ini bercirikan Fordism seperti di negara maju (peningkatan produksi masal untuk dikonsumsi masal) tetapi produksi dan konsumsi terstruktur secara rasialis.
Strategi yang berkembang di Afsel hasil dari pengaruh dua faktor lokal penting. Pertama politik domestik yang berakar pada dominasi kulit putih. Dominasi ini mendorong pembuat kebijakan mengadopsi strategi yang akan meningkatkan standar hidup kulit putih. Kedua adalah masuknya Afsel ke dalam pasar tenaga kerja internasional untuk mendapatkan devisa yang akan digunakan membeli peralatan demi pengembangan pertambangan. Model pembangunan yang muncul di Afsel adalah karikatur dari Fordism di negara berkembang, terutama hubungan antara kesukuan (aparteid) dan kelas (kapitalisme). Tekanan rasial yang terinstitusional membuktikan menjadi kualifikasi utama tipe Fordism yang paling mungkin diterapkan di Afsel. Bentuk industrialisasi Fordism seperti ini mengalami hambatan karena tanpa “aspek sosial buruh atau norma konsumsi masal” yang disyaratkan dalam Fordism yaitu upah buruh yang layak.
Tekanan krisis ekonomi internasional yang dikombinasikan dengan tekanan di dalam Afsel pada Fordism rasial mendorong perubahan kebijakan yang rasialis terutama dalam hubungan perburuhan. Ekonomi dan politik Afsel memasuki tahapan krisis struktural yang tidak akan bisa diatasi jika tidak mengubah kebijakan aparteid. Kebijakan aparteid harus dihapuskan sebelum pertumbuhan ekonomi baru bisa terjadi. Dihapuskannya kebijakan aparteid memungkinkan munculnya model pembangunan yang baru.
African National Congress (ANC) muncul dengan kebijakan makro-ekonomi yang bertujuan menyeimbangkan redistribusi internal yang memprioritaskan pertumbuhan melalui ekspansi sektor barang-barang kebutuhan dasar dan bertujuan orientasi ekspor keluar dengan mencari daya saing internasional sektor manufaktur Afsel.
Apa alternatif dari Fordism rasial? Klerck mengajukan penerapan neo-Fordism dan post-Fordism. Neo-Fordism adalah intensifikasi kebijakan industrialisasi Fordism. Kalau neo-Fordism berasosiasi dengan teknologi baru dengan pekerjaan tanpa keterampilan dan meningkatnya kendali manajemen yang tersentral, post-Fordism lebih pada tenaga kerja multi-terampil dengan tempat kerja kurang hirarkinya. Post-Fordism menjanjikan citra yang lebih optimis bahwa telah terjadi perubahan dibandingkan neo-Fordism.
Tiga Aspek Penting dalam Pembangunan Industri
Di dalam pembangunan industri ada tiga aspek penting menurut Bezuidenhout yaitu struktur, strategi, dan kebijak industri. Struktur industri di suatu negara akan sangat berhubungan dengan sektor dominan dalam sistem ekonomi negara itu; hubungan antara negara dan pasar, dan dengan cara mengatur fungsi produksi dan reproduksi.
Strategi industri adalah bagaimana negara mengubah struktur industri untuk memfasilitasi pembangunan industrinya. Tujuan strategi industri adalah mengarahkan atau menstruktur industri untuk mencapai tujuan sosial-ekonomi, seperti menciptakan lapangan pekerjaan dan pengentasan kemiskinan.
Kalau strategi industri lebih berupa pandangan luas restrukturisasi industri sedangkan kebijakan industri mengacu pada kebijakan pemerintah dalam mempromosikan pembangunan industri tanpa intervensi. Kebijakan-kebijakan makroekonomi, pendidikan, dan infrastruktur bisa dikategorikan sebagai kebijakan industri jika mengikuti definisi yang luas. Definisi kebijakan industri yang sempit hanya menyangkut industri tertentu saja.
Kebijakan industri akan sangat tergantung dari strategi industri yang diambil oleh suatu negara. Kebijakan industri ini akan mempengaruhi struktur industri. Struktur industri akan mengacu pada bagaimana interaksi negara dan pasar.
Bezuidenhout membandingkan struktur industri, strategi industri, peran negara, dan langkah-langkah kebijakan industri di Afrika Selatan dari empat perspektif pembangunan yaitu perspektif yang digunakan Bank Dunia, perspektif post-Fordism, perspektif Porterism, dan perspektif pendekatan ekonomi politiknya Fine dan Rustomjee (political economy approach).
Perspektif Bank Dunia akan melihat kekurangan struktur industri akibat upah buruh dan biaya modal terlalu tinggi sehingga sektor manufaktur tidak mampu bersaing akibat diproteksi. Untuk membangun industri yang kompetitif, strategi industri harus diambil adalah pemerintah harus memfokuskan pada peningkatan kepercayaan investor untuk merangsang pertumbuhan.
Intervensi negara harus dikurangi dan untuk mendorong kepercayaan investor negara harus mengeluarkan kebijakan yang pro-ekonomi. Peran negara terbatas hanya membagikan tanah terbatas dan meningkatkan keterampilan dasar pekerja industri. Negara mengeluarkan kebijakan meliberalisasi perdagangan dan keuangan, dan mendukung tertib fiskal untuk meningkatkan kepercayaan investor.
Post-Fordism akan melihat kelemahan industri akibat kebijakan substitusi impor, persoalan rasial di Afrika Selatan yang pada era post-Fordism masih sangat kuat, dan menurunnya produktivitas sektor manufaktur. Untuk mengatasi kelemahan industri, negara harus memfokuskan strategi pada peningkatkan produktivitas dan ekspor industri manufaktur. Negara hanya boleh mengintervensi jika ada kegagalan serius. Tetapi negara harus berupaya membangun kapasitas institusi industri yang baik.
Kebijakan industri yang harus diambil adalah menguatkan pasar melalui kebijakan liberalisasi perdagangan, kebijakan yang mendorong kompetisi, dan meningkatkan peran perusahan menengah dan kecil. Kebijakan lainnya adalah memperbaiki kapasitas kelembagaan demi meningkatkan pengembangan sumber daya manusia, misalnya melalui pelatihan-pelatihan. Negara juga dianjurkan mengeluarkan kebijakan yang menguatkan kemampuan teknologi yaitu dengan mendukung penelitian dan pengembangan.
Porterisme adalah istilah untuk menjelaskan perspektif yang didasarkan pada pemikiran Michael Porter, pendiri Monitor Company. Monitor Company mendapat tugas dari National Economic Forum mempelajari dan membantu memformulasikan kebijakan industri nasional Afrika Selatan. Hasil studi itu melihat strategi industri berseberangan dengan kebijakan industri. Strategi industri bertujuan memaksimalkan laju pertumbuhan ekonomi bagi negara sedangkan kebijakan industri akan memiliki gol yang berbeda.
Kelemahan struktur industri menurut perspektif Porterism antara lain karena lemahnya koordinasi antar-perusahaan di dalam satu kelompok ekonomi; perusahaan fokus pada memproduksi untuk pemerintah bukan fokus pada konsumen dan pesaing; ekspor fokus pada komoditi bukan pada peningkatan nilai tambah; lemahnya keterampilan yang terintegrasi pada kapasitas teknologi; lemahnya kompetisi di pasar lokal; dan lemahnya kemampuan birokrasi pemerintahan.
Karena itu strategi industri terutama fokus pada meningkatkan kemampuan bersaing dengan menyediakan lingkungan yang baik berbasis pasar agar perusahaan bisa beroperasi. Negara hanya harus menciptakan keadaan yang memungkinkan perusahaan bersaing dengan dorongan pasar. Bentuk intervensi terbaik adalah memperkuat faktor pasar.
Langkah-langkah kebijakan yang harus diambil antara lain menciptakan keadaan yang menghidupi bisnis dengan meningkatkan daya saing lokal dan internasional; pengembangan kelompok-kelompok bisnis serupa; mendorong value chain dan pengembangan industri yang terkait dan mendukung industri.
Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan
Peran sektor industri dalam pembangunan adalah untuk memberikan nilai tambah faktor-faktor produksi. Pada dasarnya peranan sector industry dalam pembangunan ini dikembangkan menjadi strategi industrialisasi yang meliputi strstegi industry subtitusi impor ( SISI ) atau import subtituion dan strategi industry promosi ekspor ( SIPE ) atau eksport promotion.
SISI dikenal pula dengan istilah strategi orientasi kedalam inward lookin strategy yaitu strategi orientasi yang mengutamakan pengembangan berbagai jenis industry yang menghasilkan barang-barang untuk menggantikan kebutuhan akan barang-barang untuk menggantikan kebutuhan akan barang impor produk-produk sejenis. Sedangkan SIPE atau sering disebut dengan istilah strategi orientasi keluar yang mengutamakan pengembangan berbagai jenis industry yang menghasilkan produk-produk untuk ekspor.
Dampak Industrialisasi Terhadap Lingkungan
Laju pertumbuhan sektor industri dan perdagangan di indonesia sangat tak pernah memperhatikan kontribsi terhadap kerusakan lingkungan hidup.Dalam semua kegiatan operasionalnya selalu memerlukan kertas yang sangat banyak untuk keperluan pencatatan dan komunikasi antar karyawan ataupun antar perusahaan.
Apa bila semua perusahaan di seluruh dunia mengunakan kertas untuk komponen terpenting dalam usahanya ,maka tentu anda bertanya tanya berapa banyak pohon yang dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan kertas di seluruh dunia? Dan berapa luas hutan yang yang harus dirusak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kertas untuk sektor usaha.
Industrialisasi dituding sebagai penyebab utama kerusakan terjadinya kerusakan hutan di indonesia.Selain sebagai komponen penting dalam operasional perusahaan kertas juga sebagai bahan baku untuk industri media dan penerbit.Ribuan surat kabar majalah, dan buku terbit setiap harinya di seluruh dunia.

C.           KESIMPULAN
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industrialisasi secara ekonomi diartikan sebagai kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi, dapat pula diartikan sebagai himpunan perusahaan-perusahaan sejenis dimana kata industry dirangkai dengan kata yang menerangkan jenis industrinya.  Misalnya, industry obat-obatan, industry garmen, industry perkayuan, dsb.
Sektor Industri merupakan sektor utama dalam perekonomian selain sektor pertanian , sektor industri juga memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain karena nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar , kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar , juga kemampuan menciptakan nilai tambah dari setiap input atau bahan dasar yang diolah.

SOURCE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perusahaan dan Negara yang Mengacu pada International Financial Reporting Standards

A.   Sekilas mengenai IFRS ( International Financial Reporting Standards ) IFRS (Standar Pelaporan Keuangan Internasional) merupaka...